Selasa, 25 Desember 2012

Fakta Remaja

aku tau jika pada saatnya nanti aku harus tetap disini, tak ada kata seutas apapun yang bisa membuatku pergi, entah karena aku menyayangimu atau karena aku terlalu lugu untuk mengerti. aku tau jika suatu hari nanti aku akan tetap seperti ini tak ada bayangan selelap apapun yang bisa mengubah ambisiku, entah karena kau berarti atau karena hebatnya waktu yang ajari aku apa itu sakit. . .

Selasa, 11 Desember 2012

Tentang dia

Dan ketika dia telah memilikimu mata ini terlalu perih untuk berkedip ketika dia disisimu tubuh ini terlalu kaku untuk berjalan. bahkan dipapahpun aku tak sanggup. sungguh baku terlalu senja untuk menerima. aku terlalu polos untuk bertarung dengan ketidak berdayaanku. aku terlalu rapuh untuk menopang, ya aku terlalu rapuh untuk menopang jutaan cinta yang ku timbun hanya untukmu. . . #2 . . perubahannya tanpa kata, seperti gerhana tak bersajak
diamnya menyesatkanku pada dugaan kesalahan
tak pahami apa yang ku tau semua tiba - tiba
ada  senyum cerita dan keangkuhan

Kamis, 15 November 2012

TAK HARUS MILKINYA

TAK HARUS MILIKINYA Terlena diriku tentang akrabnya semua yang ada Dalam sajak kisahku Benar dia terasa dekat Hingga titik asaku terpacu untuk mencintainya Dan menyibak sudut kelam yang tersipu Meski bertemu hanya serupa tatap Meski tau awalnya sekedar nama Namun karena hangatnya cerita dengannya Jadilah sajak kisahku Detik saat menuntunku tuk mengenalnya Ribuan khayal insan ajakku terbang Tanpa grafitasi dengan sayap emasnya Namun butiran yang terpaku Buat tubuh ini tak mampu mencatat kisah lagi Ketika ku tau telah ada peri cinta Yang hadir dalam jejak senyum dan dukanya Disitulah ku hentikan sajak kisahku Aku jatuh aku diam aku takut Aku habis daya tuk menatapnya Aku haus kata tuk menyapanya Sikap dingin lah yang kini tersirat untuknya Ku coba menata lara ini tuk artikan semua dengan nalarku Tapi percuma semua sulit tuk dimengerti Tuhan ku tak ingin melupakannya Ku tak mampu membencinya Ku tak bisa menjauh darinya Tapi ku mohon hapus rasa ini untuknya Dan bantu aku bertahan saat melihatnya Biar tangisku tak di dengar Asal dia selalu bahagia Biar hatiku terlampau perih Asal dia selalu tersenyum Ku akhiri sajak kisahku Aku sadar cinta tak harus miliinya...

Sabtu, 27 Oktober 2012

PUISI TENTANG MIMPIKU

Seperti lilin lilin kecil yang berkedip nyalanya menimpa tumpahan radar pada naungan angan yang penuh mimpi Di hadapan mata kecil yang berair pohon pohon berayun sisa hujan mulai semi meramal tangkai putik yang teralih banyaknya cetakan kaki Yang terpahat di ujung jalan itu Lebih kecil dari harapan mantap yang terukir Bicara dan terus ungkapkan mencoba dan jangan berhenti Dunia tak akan iba mendengar kata AKU TAK BISA Saat semuanya salah Ketika tak ada yang dibenarkan Anggaplah kesempatan dimulai detik ini Bermimpilah dan wujudkan mimpimu

Jumat, 19 Oktober 2012

SAPAAN SELAMAT JALAN

Teman, mata kecil ini Sayu melambai sampaikan galaunya hati Sahabat, senyum terindah ini Sejuk melukis sendi – sendi abadi Pada sudut ruang kenangan kita Kakak, jemari mungil ini Berat menjabat sekedar mengangkat Menyambut sapa selamat jalan Hari ini ku dengar Riuh akan adanya hidup yang baru Itu berarti kisah takan sama lagi Semuanya pasti berubah senada dentum cerita Yang menggebu di hari – hari esok Pesanku tuk semua kenangan Aku berharap kisah ini kan kembali indah Aku mau kita semua bisa bersama lagi Aku kalian dan juga kenangan Ingatlah, mata kecil ini senyum terindah ini Dan jemari mungil ini akan tetap sama seperti dulu Menanti pertemuan penuh keceeriaan di masa depan

Sabtu, 08 September 2012

Tulus dari Hati

Ketika kau kurang mengenalnya saat kamu tidak sadar kehadirannya, semua terasa biasa, , ,
tanpa kita sadari suatu saat nanti orang itu akan menjadi orang yang paling, bahkan sangat berarti untuk mu hingga kamu tak bisa melupakannya sedikitpun
tapi apa yang akan kamu lakukan, , , ketika orang itu tiba - tiba jauh, pergi entah kemana, padahal kau sangat mengharapkan dan merindukannya, , ,
akankah kamu meminta waktu itu untuk kembali?? dsaat kau memilikinya dekat kau tak menghiraukannya, munginkah waktu itu akan ada lagi?? hanya pnyesalan yang ada, , ,
sadarilah, , , dalam hidup ini ada tiga hal yang tak akan pernah kembali, Waktu, Keadaan, dan kesempatan :)
Jangan pernah mengangap apapun seperti tak butuh, jangan pernah merasakan sesuatu seperti tak ada, , ,
ingat lah bahwa suatu saat kau akan sangat merindukannya dan mengharapkannya kembali lagi untuk menyentuh masa depanmu :)
Tersenyumlah untuk semua orang yang ada di dunia ini, karena mereka juga ikut andil dalam catatan duniamu, , ,
:) Sungguh, , , kini dia benar - benar pergi mimpiku menjadi kenyataan. Dia yang dulu buat kamu berharap sekarang jauh, bahkan memilih untuk menjauhimu, tanpa alasan, dan dia mengatakannya langsung padamu SAKIT Waktu kian berlalu . . yang ada tinggal sebuah puisi terakhir untuknya . . "Ku rasa tak perlu kau ucapkan itu Diam aku ingin kau diam aku tau, kau juga tau tapi kenapa terus kau biarkan menembus harapan palsu pada hati kecil ini kita sama - sama berjalan kau tertawa, aku melihat kau bersedih aku mendekat kau lukai aku terima kita sama - sama acuh mengabdi untuk sama - sama tak peduli aku bicara kau ada aku berharap kau menepis kita sama - sama menjauh tapi tak mengetahui kalau kita memang butuh kita hanya dua makhluk bodoh yang percaya pada kediaman kita dua manusia bodoh yang sama - sama berbohong Mungkin ini yang terakhir untuk puisi puisiku karena alasannyahanya kamu"

Selasa, 28 Agustus 2012

Perasaan Vs Logika

PERASAAN VS LOGIKA


Jujur, aku lelah sama hidup ini aku lelah sama semua ini, tapi satu yang aku tau, aku gag akan pernah lelah untuk mencintai Delian. Meskipun Delian gag mungkin jadi milik aku. Meski aku hanya bisa menjadi sahabatnya. Itu udah cukup berarti bagi aku.
Delian sering banget cerita tentang Nian, ceweknya, dia bilang dia sayang banget sama Nian. Kadang aku risih sama semua curhatannya yang bikin aku sakit hati. Tapi apa boleh buat aku udah terlanjur deket sebagai sahabat Delian. Gag lebih dari itu.Nian cewe yang beruntung bisa dapetin cinta Delian. Tapi dia juga cewe paling bego karena sering nyakitin Delian.
Pada suatu hari . . .
“We, Delian kenapa sii?, mukanya kusut banget?”. Tanyaku pada Awe
“Tau tuh, kurang kerjaan, cewe kaya Nian aja dipikirin kaya udah gag ada cewe lain aja di dunia ini.”. Jawab Awe yang kemudian berdiri. “Gue cabut dulu yaa, jagain tuh Delian siapa tau cinta udah mbutain matanya.”. Kata Awe yang kemudian berlalu. Aku duduk disamping Delian. Berusaha menatapnya lekat agar aku dapat menerima sinyal kesedihan yang ada dihatinya.
“Yan . . .”. Aku terdiam sejenak, aku ragu pada apa yang hendak aku katakan. Aku takut salah ngomong nanti yang ada Yan malah ilfil sama aku, bete!!.
“Lind, aku tau apa yang mau kamu omongin ke aku. Kamu pasti bakal nyuruh aku buat nglupain Nian kan?. Gag semudah itu Limda.”. Kata Delian tanpa melirikku.
“Enggak!!, sok tau kamu”. Sanggahku pelan.
“Terus? kamu mau ngomong apa?”
“Emang kalo aku duduk di sebelah kamu gini aku musti ngomong ya?. Enggak juga kan?. Aku yakin Yan tanpa aku ngomong pun kamu udah tau apa yang harus kamu lakuin, cinta itu fitrah, hak semua orang. Kamu boleh kok mencintai Nian sampai kapanpun yang kamu mau, tapi inget Yan, cinta itu gag akan kuat kalo cuma pake perasaan cinta juga butuh logika.” Jelasku pada Delian.
“Sejak kapan kamu percaya yang namanya logika, masih penting ya ngmongin tentang logika saat seseorang yang kita cintai udah nyakitin kita?.kalo udah ada logika apa gunanya perasaan, Linda, yang aku tau cinta itu dihati pake perasaan biar cinta itu bisa tumbuh selamanya bukan pake logika”.
“Yach up to you Yan, yang pasti saat kita mencintai seseorang kita harus belajar untuk terluka, dan kamu, kamu gag pernah nglakuin itu, kamu cuman bisa mengeluh karena Nian gag pernah setia sama kamu. Kamu gag pernah nyoba buat cari suasana lain. Yan, di luar sana masih banyak banget orang yang sayang sama kamu, hidup kamu gag akan banyak berarti kalo kamu cuman bisa terpaku sama satu masalah.” Ungkapku pada Delian.
“Lind, aku udah bilang berkali – kali sama kamu, aku gag akan pernah nglupain Nian apa lagi cari cewe lain. Nian cinta sejati aku. Dia akan jadi cinta terakhirku forever”
“Tapi itu bukan berarti kamu juga cinta sejati Nian. Hey . . buka mata kamu, hidup ini masih panjang. Aku gag akan nyuruh kamu buat nglupain Nian. Aku cuman minta satu hal sama kamu, ikuti kata hati kamu kalo kamu emang punya perasaan. Dan tutup mata hati kamu kalo kamu emang gag butuh logika“.
. . .
“Linda”. Pamggil seseorang padaku. Galang?, ngapain dia disini emang dia kuliah disini juga? Aneh.
“Ngapain kamu kesini, kamu kuliah disini juga?.
“Enggak, cewe aku yang kuliah disini”
“Hah? Cewe kamu? Siapa?”
“Nian”. Aku tertegun sejenak, mungkin kah Nian yang dia maksud adalah cewenya Delian?. Oh no aku harap bukan.
“Nian?, Nian siapa? Nian Lalytta?.
“Yups saratus deh buat kamu, kaya peramal aja kok bisa tau sih,? Hmmm bentar – bentar kamu itu kan sahabat baiknya Delian dari SMA kan? Pasti Delian ya yang cerita sama kamu?”
“Kamu tega!!, dasar kadal”
“Hust, cantik kamu jangan bilang aku kadal dung, terus kalo aku kadal kanu apa donk? Kancil, hahha . . “. Kata Galang padaku seraya tersenyum licik.
“Maksud kamu apa sich?.”
“Linda sayang udah deh kamu gag usah pura – pura akting di depan aku, kamu suka kan sama Delian?”.
Sial Nich anak tau sari mana lagi huh . . . rese banget sih perasaan aku gag pernah cerita sama siapaun tentang perasaanku ke Delian. Sumpah aku kaget banget denger pernyataan Galang barusan.
“Heh kalo ngomon jangan asal njeplak yaa . . sok tau!!”
“Mulut kamu emang bisa bohong tapi mata dan hati kamu? No no no gag akan pernah bisa bohong. Saat hati kamu sakit karena mendam perasaan kamu, itu berarti kamu udah belajar jadi orang yang munafik!!”
“Jangan pernah ngomong hal ini lagi di depan aku atau . . .”
“Atau apa?. Linda selama rahasia kamu ada di tangan aku, kamu gag akan tenang. Kecuali, kamu mau jadi pacar aku, next . .. aku bakal balikin Nian ke Delian, gimana?”
“Play boy, denger suara loe aja gue udah enek apa lagi harus pacaran sama loe, gag akan!!. Liat aja nanti yang jahat pasti kalah”.
. . .
Hari minggu Delian ngajak aku ke danau. Aku seneng banget karena bisa jalan bareng sama Delian. Meski status kita tetep sahabatan tanpa ada perasaan cinta, tapi logikanya aku sangat bahagia bisa deket sama Delian. Karena aku percaya cinta itu gag harus saling memiliki dan perasaan bisa tumbuh perlahan tanpa ada hati yang harus merasa tersakiti.
Saat ini Delian masih pacaran sama Nian, Delian gag tau kalo Nian udah punya cowo lain. Terakhir kata Delian, tadi malem Nian minta maaf karena udah nyakitin Delian dan Nian minta hubungan mereka tetep lanjut. Huhhh . . gag tau dech, aku yakin ini cuman akal – akalnnya Nian aja, toh dia kan udah punya Galang. Kasihan Delian cuman jadi korban play girl. Salah Delian juga sich kenapa dia gag pernah percaya sama omongannya Awe kalo Nian itu gag pantes buat cowo setia kaya Delian, Nian itu play girl. Tiap kali Awe bilang Nian play girl, pasti Delian selalu jawab “Nian bukan play girl seperti yang kamu bilang itu ,, dia cuman sedang ada dalam masa pencarian, dan aku harus berusaha buat jadi cowo setia agar Nian milih aku buat jadi cinta terakhirnya”. Delian, Delian, aneh banget sich, masa pencarian apaan coba, gonta ganti cowo? Itu yang namanya masa pencarian?. Entahlah aku gag tau jalan pikirannya Delian.
Dua hari berlalu, aku mengalami kecelakan. Waktu itu, pas aku liat didepan gerbang kampus ada mobil yang mengarah ke Delian, entah malaikat apa yang menempel dijiwaku sehingga aku berfikir untuk menyelamatkannya. Terakhir yang aku liat setelah mobil itu menghantam dahsyat tubuhku, aku langsung terjatuh seketika. Aku sempat sadarkan diri, kepalaku terhujan darah. Aku melihat Delian ada didepanku ia menangis, sungguh, tangisan itu kulihat tulus. Aku terharu melihatnya. Sungguh Delian biar aku yang mengalami kecelakaan ini asalkan kamu baik – baik aja. Aku ikhlas Delian demi kamu. Karena aku yakin inilah logikannya cinta.
Beberapa detik kmudian aku merasakan sakit di bagian mataku, lama kelamaan semua pandangan itu kabur. Aku tak merasakan apapun. Aku sudah tak sadarkan diri. Aku tak memikirkan lagi mau dibawa kemana ragaku yang pingsan ini. Aku berharap tidak terjadi hal aneh padaku. Aku berharap saat aku membuka mata nanti aku akan baik – baik saja. Ya Allah lindungilah aku.
Aku tak tau berapa lama aku pingsan. Yang pasti waktu aku sadarpun aku gag bisa buka mata aku karena tertutup perban. Aku gag tau apa yang mereka perbuat sama aku sampai – sampai mata aku diperban gini. Emang mereka pikir aku buta apa. Meski aku belum pulih betul, tapi sedikit demi sedikit aku mulai bisa mengerakan tanganku. Semua alat kedokteran yang dipasang pada tubuh ini menyulitkan aku untuk bergerak. Bener dech risih banget. Saat aku mulai menggerakan tanganku, aku mendengar ada suara disampingku, yaa aku hafal banget gag salah lagi itu suara Delian dan Awe. Ya Ampun berarti dia yang udah jagain aku selama aku pingsan. Makassih Delian. Aku mendengar samar – samar suara mereka.
“Linda??, Awe, Linda sadar We,”
“Aku telfon orang tuanya Linda sekarang ya?”
“Gag usah, aku tadi udah terfon Kak Dizza, Kakaknya Linda”
“oohh, ya udah dech.”
Aku tetap terbaring lemah di atas tempat tidur, Aku rasa, aku ada di rumah sakit. Pasti Delian dan Awe yang udah bawa aku kesini. Thanks yaa guys.
Beberapa menit kemudian, aku mendengar ada suara baru lagi datang menghampiri tempatku berbaring. Aku mengenal suara itu. Kak Dizza.
“Dok, Adik saya gag papakan Dok?, perbannya udah bisa dibukakan?”
“Kita lihat aja nanti apakah Ade kamu baik – baik aja atau gag, yang pasti apapun yang terjadi kamu harus ikhlas.”. Huh,,, maksud dokter itu apaan sich bukaanya bikin tenang malah bikin makin deg degan.
“Kak Dizza . . .”. Berlahan aku mencoba untuk mengucapkan kata – kata meski berat dan sulit.
“Sayang, tenang yaa, bentar lagi perban kamu bakal dibuka kok.”
Satu dua dan . . . each . . .Satu persatu alat bantu pernafasan itu pergi dari tubuhku. Kini saatnya perban yang membalut mataku akan dibuka.
Setelah perban itu dibuka, perlahan aku mulai membuka mataku. Sungguh, saat mataku telah terbuka lebar,aku kaget banget. Tak satupun benda bisa terlihat oleh mataku. Semuanya gelap, aku gag bisa liat apa – apa. Awalnya aku nyobat buat berfikir positif, mungkin lampu ruangan ini di matikan. Tapi setelah aku tanya sama Kak Dizza, ternyata semua itu salah. Dokter bilang kalo mata aku BUTA. Mata aku akan buta selama belum ada orang yang mau ngedonorin matanya buat aku.
Aku gag bisa terima semua kenyataan ini. Ini buruk!! ini sulit buat aku percaya jadi kenyataan. Aku gag akan bisa liat warna dunia ini lagi, aku gag akan bisa nikmatin apapun di dunia ini, aku buta!! Seindah apapun dunia ini gag akan bisa ku nikmatin. Percuma, aku tetep aja gag bisa liat apa =- apa. Ya Allah apa ini adalah jalan terbaik buat aku, apa ini adalah jawaban dari semua doa – doa aku selama ini. Ya Allah apa ini kebahagiaan yang Engkau rahasiakan dariku. Ya Allah . . .
Aku tau Delian yang ada disebelahku, dia sangat menyesal, aku mendengar tangisannya Tapi aku gag bisa nenangin dia bahkan untuk nenangin diri aku sendiripun aku gag mampu. Aku drop!!!. Kak Dizza memeluk erat tubuhku, dia mencoba membangkitkan semangat hidupku lagi.
“Linda mata kamu emang buta, tapi hati kamu enggak, Linda, Mamah gag pernah ngajarin kita buat jadi orang yang putus asa, ini cobaan kamu. Kamu yang sabar ya,, pasti akan selalu ada jalan kok. Allah pasti bakal ngasih sesuatu yang gag diduga dibalik ini semua, kamu yang tabah yaa??”
Aku tak menjawab sepatah katapun, aku hanya bisa menangis dan menyuruh Kak Dizza buat ngejauh dari aku, aku lagi pingin sendiri. Aku merasakan keheningan di ruangan itu. Mungkin semua orang mengerti perasaanku. Mereka membiarkan aku untuk menenangkan diri sejenak.
“Linda. . “. Aku mendengar suara Delian. Dia masih ada di ruangan ini.
“Udah Delian, gag ada ynag perlu disesali, aku ikhlas bantu kamu, meskipun mataku jadi taruhannya.”. Ungkapku pada Delian, berharap dia berhenti untuk menyalahkan dirinya sendiri.
“Tapi ini semua gara – gara aku, kalo aja kamu gag nolongin aku pasti semuanya gag akan jadi kayak gini. Aku udah buat kamu menderita, maafin aku Linda”. Ucap Delian menangis disampingku. Aku gag tega melihat orang yang aku sayangi menangis sesedih ini. Delian cukup, ini semua bukan salah kamu.
1 Minggu kemudian , ada kabar gembira buat aku. Kata dokter, nanti siang aku akan dapet donor mata. Mata ku udah bisa dioperasi nanti malam. Ya Allah aku seneng banget. Aku yakin orang yang rela ngedonorin matanya buat aku adalah seseorang yang baik banget. Aku akan bilang makasih sama dia dan aku akan ngebales kebaikkan dia, siapapun orangnya.
. . .
Pagi ini aku baru sadar setelah semalam tadi aku menjalani operasi mata. Untunglah operasinya berjalan lancar, aku udah bisa liat indahnya dunia ini lagi.
Ku buka tirai jendela ruang tempat aku di rawat. Kusapa mentari pagi yang sepertinya turut mengerti adanya kebahagiaanku. “Thanks MyGod”. Ungkapku dalam hati.
Beberapa saat kemudian aku mendengar ketukan pintu ruanganku. Sepertinya itu suara Nian. “Mau apa dia kesini?”. Tanyaku dalam hati. Nian masuk menghampiriku setelah aku persilahkan. Dia duduk disampingku.
“Selamat ya loe udah dapet mata baru, semoga loe cepet sembuh ya”
“iya, makasih Nian, kok loe tau kalo gue ada disi?”
“mmm gue tau dari Galang”.
“Ohh dia”. Jawabku ketus. Aku merasa tidak perlu mendengar nama itu lagi, aku ingin menguburnya jauh – jauh. Sungguh aku tak mau mengenalnya lagi, Galang udah tega nyakitin Delian, orang yang aku sayang.
“Iya dia Galang, Cowo yang cinta buta sama loe, sampe gag bisa mikir mana yang baik and mana yang buruk, loe udah buat dia bego!! Sialan loe!!”
“Nian, maksud loe apa sich? Gue gag ngerti loe gag usah ikut campur ya, ini masalah gue ama Galang gag ada sangkut pautnya sama loe”
“Siapa bilang gag ada sangkut pautnya, jelas ada dong, Gue suka sama Galang, tapi dia lebih milih loe, gue perhatian sama dia tapi dia lebih perhatian sama loe”
“Tapi gue gaga suka sama Galang, dia brengsek, dia cowok kurang ngajar yang gag punya otak, sukanya mainin cewek, tukang selingkuh, licik, jahat nyebelin . . .”. Belum sempat aku meneruskan kata – kataku, satu tamparan bolak balik telah mendarat di kedua pipiku, bertepatan saat Awe datang. Aku yakin Awe gag mau ikut campur masalah ini, karena Awe yakin saat ini Nian lagi emosi banget percuma di ladenin.
“Loe yang brengsek, loe yang kurangajar, dan loe juga yang jahat. Pikir pake otak sebelum loe nilai seseorang. Galang gag seburuk yang loe omongin, itu semua dia lakuin Cuma buat narik perhatian loe, yang sama sekali gag dapet respond dari loe. Linda asal loe tau aja ya, loe pikir mata yang sekarang ada sama loe itu mata siapa hah??, sekarang loe bisa liat lagi itu berkat mata siapa??, loe gag tau kan?, Itu mata Galang!!, Galang udah mati, percuma loe mau marah atau ngomel sama dia percuma Lind, loe emang egois, loe mentingin diri loe sendiri!! Loe mentingin kebahagiaan loe sendiri. Gue benci banget sama loe Linda!!!!!”
Aku lemah mendengar penjelasan yang keluar dari mulut Nian tadi. Aku hampir gag percaya Galang nekat nglakuin ini buat aku. Meskipun aku gag pernah nganggep dia ada.
Saat ini aku hanya bisa menangisi semua semua yang telah terjadi dan berusaha menerima kenyataan, mungkin hanya penyesalan yang bisa aku lakukan karena semua yang aku perbuat gag akan bisa ngebalikin Galang.
“Puas loe sekarang !!”. Nina berlalu meninggalkan ku yang trepaku tanpa bisa berkata sedkitpun.
Awe yang sedari tadi terdiam mulai mendekatiku dan mencoba menenangkan tangisku. Aku yang terluka gag ada satu orang pun yang tau dalamnya penyesalanku. Hanya aku dan perasaan bersalah ini yang akan terus beradu hingga usaiku menutup mata . . .
Sungguh aku tak percaya segitu cintanya Galang sama aku sampai sampai dia rela nyumbangin matanya buat aku, meski pun aku selalu galak sama dia meskipun aku gag pernah peduli sama dia tapi dia tetep sayang sama aku. Galang maafin aku, maafin aku, aku nyesel. Kamu bener, cinta emang gag harus pake logika tapi cinta juga butuh perasaan. Galang aku akan selalu inget kata kata kamu. “ Cinta gag cuman pake logika tapi cinta juga butuh peasaan dengan rasa itulah cinta takan pernah mati. You and Me, Perasaan Vs Logika”


TAMAT

Jumat, 24 Agustus 2012

BIARKAN INI JADI TANGISKU

          Bercerita tentang masa lalu... aku jadi ingat, dulu aku pernah punya teman kecil yang sangat aku sayangi. Kedua orang tua kita bersahabat. Dia bernama Wahyu Pradhana, umur kita beda satu tahun. Dia selalu ada buat aku.. Pokoknya hari – hariku kan  menjadi indah bila bertemu dirinya.  Namun tak lama kemudian, Kak Wahyu dan keluarganya pindah ke Jakarta, dia ninggalin aku tanpa ada sepatah kata perpisahan sedikitpun. Satu kalimat yang paling aku inget dari dia...
Hanya diri sendiri yang tak mungkin orang lain akan mengerti ketika kekecewaan ada menghampiri diri ini, tapi tak mungkin akan seperti ini terus, masih ada secercah harapan yang menunggu tuk jalani . . .
            Semenjak Kak Wahyu pindah ke Jakarta, aku selalu ngrasa sendiri. Apapun yang aku lakuin  berasa tak berarti. Oh God aku ingin ada Kak Wahyu di samping aku saat ini, Aku butuh dia karena aku cinta dia. Tiap saat Aku selalu mencoba tuk melipat rapi semua kisahku bersamanya yang terayap sunyi pada gamangnya hati, selalu ku  menata rasaku dan ku tadah kebisuan magnet cinta yang tak bisa mengubah tekadku. Namun mungkin ini adalah sebuah kenyataan, Aku tetap harus jauh dari  Kak Wahyu yang dulu pernah singgah dan menyihir hidupku hingga membuatku cinta.
            Dua tahun kemudian aku dan keluargaku memutuskan untuk pindah ke Jakarta. Aku seneng banget karena aku berharap di Jakarta nanti aku bisa menemukan Kak Wahyu. Aku tau, kecil kemungkinan kita untuk ketemu, tapi kalo Allah menghendaki, apa sih yang gag mungkin.
            . . .

            Waduh aku buru – buru banget, aku telat, padahal hari Ini adalah hari kedua aku masuk di sekolah baruku, SMA Negeri Teladan 1 Jakarta. Sesaat sambil berlari, kulirik arlojiku yang menunjukan pukul 07.05. “Waduh! baru aja hari ke2 masa aku musti di hukum gara – gara telat?. Oh no!! Aku gag mau hal itu terjadi”. Gerutuku dalam hati. Untunglah beberapa saat kemudian aku sampe di ruang kelasku...
            “Kenapa? kok lu telat?”. Tanya Dinar teman sebangku ku.
            “Jakarta macet”. Jawabku singkat serasa tersenyum.
            “Halah alesan, untung aja lu dateng 1 menit lebih awal dari Pak Deden, coba kalo enggak... pasti lu bakalan di ceramahin abis abisan”. Kata Dinar setengah berbisik.
            “Emang Pak Deden galak ya??”. Tanyaku penasaran
            “huh liat aja tuh kumisnya udah kaya pager kabupaten gitu.. ihhh seremm..... xixixixix”. Dinar tertawa pelan.
“Apa hubungannya coba, kumis sama galak, gag nyambung banget”. Kataku pelan. Dinar hanya tertawa kecil.
...
Saat jam istirahat di perpustakaan sekolah . . .
            “Kak Wahyu”. Dinar beranjak dari sampingku dan menghampiri orang yang di panggilnya tadi. Aku duduk di sebuah bangku perpus tak jauh dari Dinar. Aku memperhatikan mereka.
            “Afwan Kak Wahyu, tadi proposal SBR udah aku titipin ke Kak Jezzy. Maaf baru jadi hari ini”.
            “Iya gapapa kok tenang aja, syukron ya ukhti”
            “waiyyakum akhi”

            Dinar kembali duduk di sampingku...
            “Tadi siapa sih??”. Tanya ku penasaran. Nama ‘Wahyu’ yang di ucap Dinar itu mengingatkan aku pada Kak Wahyu teman kecilku.
            “Itu Kak Wahyu salah satu anggota ROHIS”                          
Wahyu? Wah jangan – jangan dia adalah Kak wahyu yang aku cari selama ini. “nama lengkapnya siapa?”. Tanya ku pada Dinar.
“Wahyu Pradhana. Emang kenapa sii?? Suka?? Anak ROHIS lho..”. Ungkap Dinar meledek. Deg!! Jantungku semakin berdegup kencang... aku yakin dia adalah Kak Wahyu yang selama ini aku cari. Aku yakin dia adalah teman kecilku yang aku sayangi. Ya Allah semoga aja bener...
            “Helloww... kok bengong??”
            “Ah  enggak kok... mmm apa tadi? Suka? Enggak.kok”     
            “Ya syukur deh...”
            ...



Keesokan harinya...
            Di halaman sekolah depan ruang 17, aku ngliat Kak Wahyu lagi asyk baca buku. Diam – diam ku amati dirinya. “Ya ammpyunn.. gag salah lagi itu adalah Kak Wahyu Pradhana teman kecilku yang aku sayangi. Alhamdulillah.. akhirnya kita bisa ketemu lagi. Samperin gag yaa.. nanti jangan – jangan dia udah gag kenal sama aku?. Tapi kalo gag di samperin, yaahh aku makin nyesel. Ini kesempatan aku buat nyapa dia. Mumpung sekolah belum rame.
            “Assalamu’alaikum...”. Aku duduk 1 meter dari Kak Wahyu.
            “Wa’alaikumsallam.. ada apa ya?”
Aduh gawat dia bener – bener gag ngenalin aku. Kakak... pingin rasanya aku menjabat tangan kakak dan bilang kalo aku sayang banget sama Kak Wahyu dan aku gag mau Kak Wahyu ninggalin aku lagi untuk yang kedua kalinya. Sungguh Kak aku sayang sama Kakak... tapi aku gag tau apa yang harus aku katakan, pertemuan ini sulit bagiku..
            “Kak Wahyu masih inget aku?”. Kak Wahyu menatapku sejenak.
            “Subahanallah... kamu Ferra kan? Ya ampun aku hampir  aja gag ngenalin kamu. Apa kabar kamu? lama gag ketemu”.
            “baik kak.. Kakak sendiri gimana?”
            “Alhamdulillah aku baik juga kok. Kamu sekolah disini juga dhe”. Tanya Kak Wahyu seraya tersenyum tipis.
            “iya kak.. Oh ya Kemana aja Kak Wahyu lama gag ngasih kabar, sombong banget udah lupa sama aku”
            “haha enggak kok aku gag lupa.. maaf  banget yaa.. tapi alhamdulillah kita di pertemukan lagi disini. Oh ya aku ke kelas duluan yaa gag enak berdua lama – lama takut jadi gosip. Assalamu’alaikum”. Kak Wahyu pun berlalu...
            “Wa’alaikumsalam”
            Sesingkat inikah pertemuan aku dengan Kak Wahyu setelah bertahun – tahun kita pisah?. Segini sajakah balasan dari penantianku selama ini?. Aku pingin banget bisa ngobrol berdua sama Kak Wahyu dan nglakuin hobi kita bareng – barenng lagi kaya dulu. Tapi semuanya kok gag seindah yang aku bayangin yaa semuanya berubah 180 derajad dari khayalanku...
            Aku ingin Dia biarkan aku menggapai perasaannya dalam hati dan mengijinkan aku  tuk mengartikan pinta rahasianya. Sungguh Aku ingin Dia mengatakan kejujuran hatinya dan semua tentang kata cinta. Melantunkan nyanyian indah agar ku tenang dalam dekatnya.

Satu pertanyaan dariku, akankah kebersamaan erat yang dulu pernah ada dapat terulang lagi?. Akankah cinta yang dulu mekar dapat bersemi lagi?. Sementara perasaanku ini tak sedikitpun mampu Dia resapi. Andai saja waktu dapatku putar, aku benar – benar ingin mengulangnya sekali lagi. Merasakan sebuah keindahan dan kepolosan rasa yang dulu pernah terungkap meski lewat suatu kata yang lugu. Penuh kasih sayang. Kak aku mencintaimu. Dapatkah kau mendengar tangisan diam ku. Dapat kah kau merasakan sakit hatiku?. Dulu yang indah kini menjadi semu karena tlah berbeda. 
. . .
Pada suatu hari di Bukit Cinta Yogyakarta . . .
Di Bukit Cinta . . .
Dengan gamang ku langkah kaki ini ketempat terindah waktu bersama. Saat melihat tempat ini mataku sembab mengingat tentang sang waktu sementara air mata ku usap di atas pipi. Perasaan penuh kasih sayang dari Kak Wahyu itulah yang buatku sulit tuk mencari penggantinya. Sungguh saat itu yang terjadi natural dan takkan ku lupa Kakak.
Ku pandangi suasana Bukit Cinta yang tak jauh beda dengan keadaan 4 tahun yang lalu. Dulu aku dan Kak Wahuyu sering banget ketempat ini karena suasananya yang sejuk nyaman dan letaknya yang gag jauh dari tempat tinggal ku dulu. Kalo udah main ke Bukit  Cinta aku dan Kak Wahyu sering lupa waktu saking asyknya sii....
“Ferra”. Panggil seseorang dari belakang yang makin mendekat kearahku. Suara itu, kayaknya aku kenal, itu suara Kak Wahyu. Tapi mana mungkin diakan masih di Jakarta. Lagi pula ngapain coba dia ke Jogja, rumahnya kan udah pindah.
“Hey...”. Sapa orang tadi yang kini ada di sampingku. Wah bener ini adalah Kak Wahyu, tapi ngapain dia kesini yaa...
“Kak Wahyu?. Kok Kakak bisa ada disini sih?”. Tanyaku heran. Wah.. bahagianya hatiku saat ini. Mungkinkah Tuhan telah ,mengabulkan doaku?.
 “Bisa dong, setiap liburan aku selalu ketempat ini, karena aku ngrasa tempat ini begitu berarti buat aku. Di tempat ini begitu banyak kenangan yang gag akan pernah bisa aku lupain”.
Sejenak Kak Wahyu menatapku penuh makna. Mungkinkah kenangan yang Kak Wahyu maksud adalah kenangan bersamaku. Aku tersenyum dalam hati. Kak Wahyu melanjutkan kata – katanya.
“Dulu aku pernah punya seseorang yang sangat berarti dalam hidup aku. Dia Sang penyihir mimpiku, dia selalu hadir dalam tiap senti langkahku. Bayangnya selalu hadir dalam malamku”.
Kak Wahyu masih ingat  semua hal yang dulu pernah terjadi. Dia gag nglupain aku dia masih inget hal itu. Semoga perasaan sayang itu juga masih bertahan di hati Kak Wahyu.
“Dia siapa Kak?. Pasti Kakak sangat mennyayanginya ya?”. Tanyaku lugu.
“Dia adalah kamu, Ferra Sabbila. Iya aku sayang sama kamu Fer”
“Aku juga sayang sama Kak Wahyu”.
“Tapi semuanya gag semudah itu Fer. Sekarang keadaannya udah beda. Kamu tau sendiri Kakak adalah salah satu anggota ROHIS. Kakak gag mau kalo seandainya kita penyatukan dua perasaan ini, Orang – orang bakal menilai jelek tentang ROHIS kamu ngertikan maksud Kakak?”.
Perlahan butir – butir air mata sangat perih ku tahan di balik kelopak mataku. Aku gag mau nangis di depan Kak Wahyu, cukup hati rahasiaku aja yang tau kalo sebenernya perasaan ini lagi terluka.
“Cinta ini salah ya Kak”. Ungkapku menyembunyikan kecewanya hati.
“Enggak Fer perasaan itu sama sekali gag salah, perbedaan ini juga gag salah, yang salah itu cinta. Karena cinta ini kembali ada di tempat yang salah pada keadaan yang salah, dan waktu yang semestinya gag kayak gini. Andai kita bertemu dua tahun yang lalu, itu akan beda lagi ceritanya.
Saat ini Kakak harus berusaha jaga nama baik ROHIS demi semuanya, termasuk demi kebaikan kita juga. Jalan kita masih panjang, mungkin ini belum waktunya kita menuangkan hasrat tuk saling memiliki”. Jelas Kak Wahyu seraya menyembuyikan tangisnya.
Aku ngerti gag cuma aku yang ngrasa kecewa, aku yakin Kak Wahyu juga merasakan kecewa yang ku rasa. Ini kisahku dua hati yang tak dapat bersatu karena sebuah komitmen yang gag akan pernah bisa aku mengerti. Kenapa semua ini terjadi sama aku. Kenapa disaat aku menemukan cintaku lagi akhirnya harus kaya gini.
“Fer kamu jangan nangis... maafin aku, aku gag bermaksud buat nyakitin kamu, aku harap kamu  bisa ngertiin posisi aku saat ini. Fer aku gag bisa ngliat orang yang aku sayang nangis di depan aku, aku mohon Fer maafin aku, ini cobaan buat kita. Awalnya aku gag nyangka ada rasa yang bergelayut di andromeda hidupku tiap kehadiranmu, hingga rasa ini membuatku bimbang dan merasa bersalah. Aku yakin  Fer, jika takdir menyatukan dua hati Allah tau yang terbaik dan mengerti tentang hatiku”.
Kak Wahyu berlalu dari hadapanku. Bersama kesedihan yang terus merasuki sudut jiwaku dan membusurkan perih dalam senyumku. Kak Wahyu, demi Kakak ku kan menebas perih ini dalam rintihanku, ku kan layangkan senyum palsu yang amat menyiksa batinku, aku kan menghempaskan keceriaan dalam lukaku. Demi kesetiaan bintang pada sang malam, Sungguh hatiku sangat terluka...
Satu minggu kemudian, aku mulai bisa menganngap Kak Wahyu sebagai seorang Kakak gag lebih dari itu. Di sekolah aku sering ngobrol – ngobrol sama Kak Wahyu , aku selalu mencoba bersikap seperti tak ada sedikit rasa lebih untuknya. Tapi jujur ya, aku gag sanggup ngadepin kenyataan ini, tapi mau gimana lagi cinta ini ada pada kondisi yang salah. Ku harap suatu saat nanti akan ada sebuah keajaiban yang terbaik buat aku. Aku percaya tentang keajaiban cinta dan ku harap keajaiban  cinta itu kan terjadi padaku. Ya Allah ku titipka luka ini pada-Mu. Kau Maha Mengetahui tentang segalanya yang tidak aku ketahui. “Beri aku kekuatan untuk menyembunyikan kesedihan ku ini Ya Allah”. Ungkapku dalam hati.
. . .
Tujuh  hari kemudian . . .
“Lu kemaren kemana aja sih, nyokap lu telfon gue karena jam 4 sore lu belum pulang juga, gag ada kabar lagi”. Tanyaku pada Dinar saat jam istirahat.
 “Hahaa sory banget yaa, kemaren gue ada rapat ROHIS”
“Kok ampe sore gitu si? Lama banget rapatnya”.
“Iya soalnya ROHIS lagi ada masalah serius”.
“masalah apa sih?? Mmmm.. yaa itu pun kalo lu mau ngasih tau ke gue, enggak juga gag papa kok”. Kataku seraya tersenyum.
“Boleh... lagi pula nih masalah udah nyebar ke murid – murid satu sekolah, masa lu gag tau??, inikan mbawa – mbawa nama lu juga”.
“What?? Gue?? Apa hubungannya?, ceritain dong bikin penasaran aja deh lu”.
“Maaf yaa kalo hal ini bikin lu tersinggung. Gini, intinya, lu kan deket tuh ama Kak Wahyu, nah banyak orang yang mikir kalo lu ama Kak Wahyu itu ada hubungan spesial, yaa kaya pacaran gitu, abis kalian akrab banget gag biasa juga sih”. Jelas Dinar penuh kejujuran.
“Terus? Rapatnya gimana?.”. Tanyaku penasaran
“Kak Wahyu di sidang ama temen – temennya, kasihan juga dipojokin kaya gitu, Kak Wahyu kaya ngrasa bersalah banget, hampir nangis dia pas ada yang bilang, masa anggota ROHIS gag bisa kasih contoh yang bener buat yang lain, gimana jaga nama baik ROHIS jaga sikap sendiri aja  gag becus!! ”.
“Ya ampun segitunya??  Nusuk banget sih kata – katanya, jahat deh...”.
“Sebenernya sih bukan jahat, itu di lakuin cuma biar Kak Wahyu nyadar aja konsekuensinya dalam posisi sebagai anggota ROHIS, dan memperbaiki anggapan siswa – siswa tentang rumor yang gag bener. emang sih anggota ROHIS itu bukan malaikat yang gag pernah buat dosa, tapi seenggaknya banyak orang yang beranggapan ROHIS itu alim dan no say for pacaran, nah kalo ada salah satu dari kita yang nglakuin kesalahan semuanya kena cap negatif, maaf kalo ada yang tersinggung, aku cuma mo nyampein apa yang ada dalam rapat kemarin, maaf yaa”.
“iya kok gag papa, terus endingnya gimana?, Kak Wahyu gag dikeluarin kan dari ROHIS?”.
 “Masa nglakuin kesalahan aja harus di keluarin? Yaa enggak lah,  bukan ROHIS namanya kalo gitu. Setau aku, kalo ada anak ROHIS yang nglakuin kesalahan, pertama di tegur baik - baik  dan disadarin yang bener tu kekgimana, nah habis itu kalo orangnya gag nyadar juga, hanya Allah yang tau semuanya Allah juga yang akan meluruskan kesalahan itu”.
“Berarti semua anak ROHIS itu gag pacaran?”.
“Enggak gitu juga sih, pendapat orangkan beda – beda ada juga yang beranggapan kalo pacaran itu boleh asal gag neko - neko dalam tanda kutip gag berlebihan, ada juga yang beranggapan kalo pacaran itu gag boleh, bolehnya ta’aruf”.
“lu nrima pendapat yang mana??”
“Gue sih netral... apa aja boleh yang penting gue have fun”.
“Lu gimana sih kok kekgitu?, hu.. anggota ROHIS jadi – jadian tu namanya”
“Hust.. inget pasal satu, anngota ROHIS itu gag seluruhnya alim seperti yang kita kira, terus pasal dua, anggota ROHIS bukan malaikat yang sama sekali gag pernah nglakuin kesalahan, pasal tiga kalo ada orang yang nglakuin kesalahan baik anak ROHIS atau pun bukan, harusnya di lurusin bukan malah digosipin hahahahahaha”.
“Yah elu becanda mulu.. hmmmhmmm... by the way terus Kak Wahyu jawab apa waktu di sidang?”.
“Ya dia jawab jujur kalo sebenernya dia cuma Kakak adekan aja ama lu, soalnya kalian udah kenal lama dan mamah kalian juga sahabatan”.
“Terus pada percaya kan?”
“Gue sih percaya kan Gue sahabat lu, gag mungkin dong gue tetus terusan berprasangka buruk sama sahabat sendiri”.
“Yang lainnya gimana?”
“Percaya juga, terus ada yang bilang gini... Wahyu kita semua percaya dengan penjelasan kamu karena kita semua satu keluarga bersama ROHIS SMA Negeri Teladan 1 Jakarta, Tapi, belum tentu mereka di luaran sana bakalan percaya juga, maka dari itu demi kebaikan kamu dan kita semua kamu harus jaga jarak sama Ferra jangan sampe ada gosip lagi”.
Mendengar penjelasan terakhir dari Dinar tadi aku sangat tersentuh, aku ngrasa bersalah, semua ini gara – gara aku, coba aja aku gag dateng lagi dalam kehidupannya Kak Wahyu, aku yakin semuanya gag akan jadi kaya gini. Aku percaya kalo misalnya aku dan Kak Wahyu emang jodoh pasti Allah akan mempertemukan kita lagi dalam situasi kondisi dan waktu yang tepat untuk menciptakan kebahagiaan diantara aku dan Kak Wahyu.
. . .
Hari demi hari pun berlalu, aku semakin jauh dari Kak Wahyu, sms ku pun udah gag pernah di bales sama dia, aku sempat kecewa tapi, aku pikir lagi, mungkin ini yang ter baik buat aku dan Kak Wahyu, aku gag mau jadi beban  buat Kak Wahyu. Biarkan ini jadi tangisku.
Satu Minggu kemudian aku mutusin buat ninggalin Kak Wahyu dan  jadian sama Denta, Sungguh ini aku lakuin bukan karena aku sayang sama Denta, dan juga bukan karena aku gag sayang lagi sama Kak Wahyu.
Pada suatu hari. . .
“Fera, kamu pacaran sama Denta?”. Ucap Kak Wahyu. Aku yakin Kak Wahyu sakit ati saat tau hal ini.
“Kakak udah tau sendiri kan?”
“Tapi Kakak pingin denger langsung dari kamu, apa bener kamu pacaran sama Denta?”.
Dengan berat hati aku mencoba untuk menjawab pertanyaan itu, “Iya Kak, maaf banget yaa Kak”. Ungkapku cuek.
Sungguh dalam hati gag ada niat sedikitpun buat aku untuk nyakitin Kak Wahyu, bagiku ini yang terbaik, aku akan coba cuek sama semua yang terjadi, anggap itu hanya kenangan yang gag akan buat aku nangis. Aku coba tegar meskipun sebenarnya hatiku meronta tuk ungkap kan aku masih sayang banget sama Kak Wahyu. Tiap detik, bayangan Kak Wahyu selalu ada dalam cintaku. Ribuan rasa berkelebat tudungi ragaku, namun cinta ini tak seindah impiku, menyeringain bekap jiwa yang sepi. Cinta terkam aku dalam gusar sesatkan aku saat rindu, buatku ter puruk pada dilema semu yang terjadi pada kisah cintaku ini.
Kegalauan yang ku rasa tak akan ada yang mengerti, sebab semuanya ku tata rapi seperti menjadi sebuah air mata kebahagian. Biarkan aku yang merasakan  sesak pahitnya ini asalkan gag akan ada masalah lagi yang buat Kak Waktu merasa tersudutkan. Aku ikhlas biarkan Kak Wahyu bebas dengan kisahnya sementara diriku terpaku dakam kemunafikan., meskipun mata hatiku yang menangis enggan untuk berkata kuat dan raga ini tetap sendiri tergadai tangis. Tadahan tangan ku sungguh sulit tuk menyapa ketenangan cinta yang Denta curahkan untukku.
Maafi aku Denta, aku bukan bermaksud menjadikan kamu korban kesedihanku, aku hanya ingin berbagi kepedihan ini denganmu, aku ingin kegalauan ini tersita sedikit karenamu, meski ketenangan itu tak ku dapatkan darimu, tapi ku tetap kan berusaha tuk bahagia dan tegar walau sebenarnya batinku tak setegar yang kau lihat. Ini luka rahasiaku, hanya Tuhan dan keajaibannya yang tau tentang ingin ku. Apakah cinta memang sesulit ini . .
“Gag papa Fer, lagi pula gag mungkin juga kan kamu bakalan terpaku sama satu pilihan yang gag jelas, selamat ya Fer, aku ikut seneng. Karena sesungguhnya cinta tak harus saling memiliki, yang terpenting hati tetap saling mencintai”.
. . .
Keesokan harinya . . .
“Ferra, lu bener jadian sama Denta?, bukannya waktu itu lu pernah cerita sama gue kalo lu sayang sama Kak Wahyu? Kok bisa gini ceritanya sihh??”.
“Apalah artinya sebuah rasa sayang jika orang yang aku sayang harus berada dalam kegelisahan”
“Ya tapi kan gag sesingkat ini juga kali”.
“Cinta gag harus saling memiliki kan?”.
“Siapa bilang!!, itu bohong. Hasrat untuk saling memiliki pasti ada!!. Ferra, saat hati kamu sakit itu mengajarkan kamu untuk menjadi seseorang yang munafik!!”
“Cukup Din!!, Aku bukan orang yang munafik!!. Ini hidup aku ini kisah aku, biar aku yang jalani, aku tau apa yang terbaik buat aku”. Ucapku seraya menangis. Aku gag kuat lagi nahan semua ini!!.
“Ferra.. lu nangis.. Ferr gue tau gue emang gag ngrasain gimana rasanya jadi lu, tapi gue bisa ngrasain gimana sakitnya hati Kak Wahyu pas tau lu jadian sama Denta. Dia kecewa Ferr...”
“Iya Din gue tau gue salah udah buat orang yang gue sayangi merasakan kepedihan tapi gue yakin inilah yang terbaik, Kalo emang Allah menghendaki, Allah pasti bakalan mempertemukan aku lagi dengan Kak Wahyu dan menyatukan cinta kita. Keyakinan itulah yang buat gue bisa pura – pura setegar ini di depan kalian semua termasuk Kak Wahyu”.
“Semoga semuanya akan menjadi indah pada saatnya nanti . . . Amien . . .”
“Makasih Din”. Kataku yang kemudian memeluk Dinar. Dinar adalah sahabat yang baik, aku beruntung bisa punya sahabat seperti Dinar.
Mulai hari ini, aku akan mencoba tuk menjalani hari dengan langkah keceriaan. Meraih impi yang terselubung dalam angan dan menjajaki kisah hidupku penuh keyakinan. Tak akan ku lupa tuk terus wiridkan doa pada Sang Pemilik Cinta . . .
Kak Wahyu, aku sayang sama Kakak tapi aku sadar rasa sayang ini gag harus di wujudkan dengan saling memiliki...      
THE END
Postingan Lebih Baru Beranda

Entri Populer

 

Label

CERPEN (1) curhat (1) motivasi (1) PENGALAMAN (1) personal (1) Puisi (2)

Pengikut

Total Pengunjung

Template oleh Nano yulianto | CSS3 oleh David Walsh | Diberdayakan oleh Blogger
 

Templates by Nano Yulianto | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger